Islamuna El-Jamil
Alyauma akmaltu lakum dinakum

Selasa, 22 Juni 2010

QUR-AN, HADITS & SAINS MODERN

Qur-an tidak merupakan satu-satunya sumber doktrin dan hukum Islam. Ketika Nabi Muhammad masih hidup dan sesudah beliau meninggal, ada sumber tambahan yaitu tindakan-tindakan dan ucapan-ucapan Nabi.


Informasi tentang tindakan dan ucapan Nabi tergantung kepada tradisi mulut; orang-orang yang mengambil initiatif untuk mengumpulkannya dalam suatu teks mengadakan penyelidikan yang rumit jika tradisi lisan tersebut akan dijadikan tulisan tentang kejadian-kejadian.

Dalam mengumpulkan informasi tersebut mereka sangat gigih mencari kebenaran; hal ini dapat dibuktikan dengan fakta bahwa dalam tiap riwayat mengenai kehidupan Nabi Muhammad atau kata-katanya, terkumpul nama-nama orang-orang yang mempunyai reputasi baik yang melaporkan riwayat tersebut, dan urutan nama-nama itu menanjak sampai kepada keluarga Nabi atau sahabat-sahabat yang menjadi sumber pertama daripada informasi itu.

Dengan cara tersebut, muncullah kumpulan-kumpulan tindakan dan ucapan-ucapan Nabi, yaitu yang biasanya dinamakan "Hadits" arti kata itu adalah "kata-kata" tetapi yang dimaksudkan ialah ucapan-ucapan dan tindakan.

Kumpulan-kumpulan Hadits itu disiarkan beberapa puluh tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad; yang muncul pada abad pertarma Hijriyah sangat terbatas. Kumpulan-kumpulan yang lebih penting baru muncul dua abad sesudah Nabi Muhammad wafat. Dengan begitu maka kumpulan Hadits yang memberi informasi yang paling lengkap bukan kumpulan yang paling dekat kepada zaman Nabi Muhammad. Kumpulan Bukhary dan Muslim yang diselenggarakan lebih dari 200 tahun sesudah wafatnya Nabi Muhammad memberikan dokumentasi yang terluas dan paling dapat dipercayai. Kumpulan Bukhari dianggap yang paling autentik setelah Qur-an. Haudas dan Marcais telah menerjemahkannya ke dalam bahasa Perancis antara tahun 1903 dan 1904, dengan judul: Les Traditions Islamiques. Pada akhir-akhir ini telah diterbitkan juga dengan teks Arab dan terjemahan Inggris oleh Dr. Mohammad Muhsin Khan, dari Universitas Islam di Medina. Dengan begitu Hadits dapat dibaca oleh orang yang tak mengerti bahasa Arab. Tetapi kita perlu bersikap sangat hati-hati terhadap beberapa terjemahan yang dilakukan oleh orang-orang Barat termasuk orang-orang Perancis, karena kita telah dapatkan kekeliruan yang tidak merupakan terjemahan akan tetapi merupakan interpretasi; malahan kadang-kadang mereka itu merubah arti Hadits sehingga memberi pengertian yang tidak dimaksudkan.

Dari segi asal mulanya, orang dapat membandingkan kumpulan-kumpulan Hadits itu dengan Injil. Kedua macam buku itu mempunyai sifat yang sama, yaitu; pertama: telah ditulis oleh pengarang-pengarang yang tidak merupakan saksi mata kejadian yang mereka laporkan; dan kedua: telah ditulis setelah lama kejadian-kejadian tersebut terjadi. Sebagaimana halnya dengan Injil, Hadits-hadits itu tidak semuanya dapat diterima sebagai autentik. Hanya jumlah kecil dipandang autentik oleh ahli-ahli Hadits, dan dalam satu kumpulan kita dapat menemukan Hadits-hadits autentik di samping Hadits yang diragukan bahkan Hadits yang harus ditolak.

Berbeda dengan Injil-Injil empat, yang tidak pernah disangkal oleh umat Kristen, kumpulan-kumpulan Hadits-hadits walaupun yang dianggap paling autentik, pada suatu waktu dalam sejarah Islam, telah merupakan sasaran kritik tajam dari para ahli pikir Islam. Tetapi Qur-an, tetap menjadi buku yang pokok dan tak dapat dipersoalkan lagi tentang kebenarannya.

Saya menganggap penting untuk menyelidiki dalam kumpulan Hadits-hadits tersebut, bagaimana di luar wahyu Ilahi, Muhammad diriwayatkan telah membicarakan soal-soal yang pengetahuan modern baru dapat membuka rahasianya pada beberapa abad sesudahnya. Saya sangat membatasi diri, dan hanya penyelidikan Hadits yang biasanya dianggap paling autentik, yaitu kumpulan Hadits Bukhari; sebabnya ialah karena saya selalu berpikir bahwa karena Hadits-hadits itu banyak yang disusun oleh para pengumpulnya menurut tradisi oral, maka mereka dapat meriwayatkan fakta-fakta yang sama akan tetapi dengan cara berbeda berhubungan dengan kesalahan orang-orang yang meriwayatkannya. Hal tersebut berbeda dengan Hadits yang diriwayatkan oleh rawi-rawi yang besar jumlahnya sehingga dapat mencapai martabat Hadits autentik.

Saya menyelidiki pernyataan-pernyataan Hadits dalam hal-hal yang pernah kita bicarakan tentang Qur-an dan Sains modern. Hasil penyelidikan saya sangat jelas. Ada perbedaan yang sangat besar antara pernyataan-pernyataan Qur-an yang cocok jika dihadapkan dengan Sains modern dan pernyataan Hadits dalam bidang sama yang sangat mudah dikritik.

Hadits yang merupakan tafsiran mengenai beberapa ayat Qur-an kadang-kadang memberi penjelasan yang tak dapat diterima sekarang.

Ada satu Hadits Bukhary yang menafsirkan surat 36 ayat 38 (Surat Yassin) dalam fasal Astronomi, dengan tafsiran sebagai berikut: "Ketika matahari terbenam, ia sujud di bawah Arasy Tuhan. Matahari minta izin untuk mengulangi perjalanannya, dan sujud sekali lagi. Akhirnya ia kembali ke tempat dari mana ia datang dan bangun kembali dari Timur." Teks aslinya adalah kabur dan sukar diterjemahkan. (Kitab permulaan penciptaan, fasal 54, bab 4 no. 421). Bagaimanapun juga, Hadits tersebut mengandung khayalan tentang perjalanan matahari dan hubungannya dengan bumi. Sains telah menunjukkan bahwa yang benar adalah sebaliknya isi Hadits tersebut. Jadi Hadits tersebut tidak autentik.

Dalam fasal yang sama (Kitab permulaan penciptaan) fasal 54 bab 6 no. 430, terdapat keterangan tentang tahap-tahap pertama daripada perkembangan embriyo. Keterangan tentang waktu yang diperlukan oleh tahap-tahap itu terasa aneh; satu tahap untuk mengumpulkan unsur-unsur yang menyusun manusia, lamanya 40 hari, satu tahap di mana embryo itu merupakan "sesuatu yang melekat" lamanya 40 hari, dan satu tahap di mana embryo menjadi seperti daging yang dikunyah lamanya juga 40 hari. Kemudian setelah campur tangan malaekat untuk menentukan hari kemudian embryo itu, suatu ruh ditiupkan dalam embryo tersebut. Gambaran perkembangan embriyo seperti tersebut di atas tidak sesuai dengan Sains modern.

Kecuali dalam surat 16 (Nahl) ayat 69 yang menyebutkan bahwa madu itu mengandung obat (tanpa menyebutkan untuk penyakit apa), Qur-an tidak memberi tuntunan tentang pengobatan. Tetapi Hadits memberikan tempat yang luas untuk soal obat-obatan.

Dalam kumpulan Hadits Bukhary ada suatu bab khusus untuk obat-obatan (bab 76). Dalam terjemahan Houdas dan Marcais hal tersebut terdapat dalam jilid 4, halaman 62 s/d 91, dan dalam bukunya Dr. Muhammad Muhsin Khan dengan terjemahan Inggris terdapat dalam jilid 7 halaman 395 s/d 452. Halaman-halaman tersebut memberi gambaran tentang pendapat-pendapat orang pada waktu Hadits tersebut dikumpulkan mengenai soal-soal yang berhubungan dengan obat-obatan. Orang dapat menambahkan kepada hadits-hadits dalam bab tersebut, hadits-hadits lain yang terdapat dalam bagian-bagian lain daripada kumpulan Hadits Bukhary.

Dalam hadits-hadits yang saya sebutkan terakhir tadi, terdapat pemikiran-pemikiran tentang sihir, mata jahat, pengusiran setan dan lain-lain, walaupun Qur-an telah membatasi hal-hal tersebut. Terdapat suatu hadits yang mengatakan bahwa buah kurma dapat menjaga manusia dari pengaruh sihir, dan dapat menyembuhkan gigitan binatang berbisa.

Kita tidak perlu heran karena dalam zaman teknik dan farmakologi belum maju, kita menemukan anjuran untuk praktek-praktek yang sederhana atau obat-obatan alamiah seperti cantuk (Hijamah) atau cara lain untuk mengeluarkan darah kotor, mengobati luka dengan api, mencukur untuk mengobati penyakit kulit, meminum susu onta, biji tertentu atau tumbuh-tumbuhan tertentu, abu semacam tumbuh-tumbuhan (untuk menghentikan darah keluar). Dalam keadaan yang berbahaya, orang perlu menggunakan segala cara yang dapat dilakukan, dan yang memang berguna. Tetapi saya rasa kurang baik untuk menganjurkan minum kencing onta.

Kita juga kurang setuju dengan penjelasan-penjelasan mengenai patologi. Di bawah ini beberapa contoh: Asalnya penyakit panas badan: empat orang saksi menguatkan pernyataan bahwa: panas badan itu datangnya dari api neraka (Kitab pengobatan fasal 28).

Adanya obat bagi tiap-tiap penyakit, "Tuhan tidak menurunkan penyakit kecuali ia juga menurunkan obatnya (Kitab pengobatan fasal 1). Contoh konsepsi ini adalah Hadits lalat (Kitab pengobatan, fasal 28 dan Kitab permulaan penciptaan, bab 54, fasal 15, 16). Jika ada lalat jatuh dalam satu wadah, lalat itu harus ditenggelamkan seluruhnya, karena satu sayapnya mengandung racun, dan yang satu lagi mengandung penawar, lalat mula-mula membawa racun kemudian membawa obat.

Keguguran itu disebabkan karena si hamil melihat ular tertentu (ular itu juga menyebabkan kebutaan). Ini disebutkan dalam Kitab permulaan penciptaan, fasal 13 dan 14. Mengeluarkan darah di luar waktu haid. Kitab Haid fasal 6 memuat Hadits tentang sebab mengeluarkan darah di luar waktu haid (bab 16, 21 dan 28). Hal ini mengenai dua orang wanita.
Dalam satu kasus, tanpa perincian, mengenai symptom tersebut, dinyatakan bahwa mengeluarkan darah itu sebabnya karena suatu saluran darah ('irq); dalam kasus lainnya, yaitu tentang seorang wanita yang mengeluarkan darah di luar haid selama tujuh tahun. Di sini sebab yang sama dinyatakan kembali. Orang dapat membuat hipotesa tentang sebab yang sesungguhnya tentang symptom tersebut, tetapi mengingat zaman Hadits Nabi Muhammad tersebut, kita tak dapat menggambarkan bagaimana diagnosa tersebut didasarkan kepada suatu argumen. Bagaimanapun juga hal ini mungkin juga benar.

Tak adanya penyakit menular, kumpulan Hadits Bukhary menyebutkan dalam beberapa bagian dalam buku itu (fasal 19, 25, 30 31, 53 dan 54 kitab pengobatan, bab 76), kasus-kasus khusus seperti lepra, pest, kolera, penyakit kulit onta, dan juga penyakit menular secara umum. Pemikiran tentang hal-hal tersebut mengandung pernyataan yang kontradiksi. Tetapi, terdapat juga suara anjuran supaya orang jangan pergi ke tempat di mana wabah pest berjangkit, dan supaya orang menjauhi orang yang terserang penyakit lepra.

Dengan begitu, kita dapat mengambil kesimpulan tentang adanya hadits yang tak dapat diterima. Tetapi di samping kesangsian tentang kebenaran hadits tersebut, dengan disebutkannya di sini kita mendapat faedah yaitu bahwa dengan memperbandingkannya dengan pernyataan ilmiah yang terdapat dalam Qur-an, kita mengerti bahwa hadits-hadits tersebut mengandung pernyataan yang tidak tepat. Konstatasi ini mempunyai arti yang besar.

Kita harus ingat bahwa ketika Nabi Muhammad meninggal, ajaran-ajaran yang diterima oleh para sahabat dari beliau dapat dibagi menjadi dua kelompok:

Pertama, banyak pengikut Nabi yang hafal Qur-an seperti beliau dan selalu mengulangi pembacaannya; di samping itu terdapat tulisan-tulisan wahyu Qur-an yang dibuat waktu Nabi Muhammad masih hidup, dan malahan sebelum hijrah.

Kedua, anggota-anggota dari sahabat-sahabatnya yang terdekat, dan beberapa pengikutnya yang menyaksikan tindakan dan kata-katanya, mereka itu memelihara apa yang mereka saksikan atau dengarkan, dan menjadikannya sebagai sandaran di samping Qur-an, untuk menetapkan doktrin dan hukum yang sedang tumbuh.

Dalam tahun-tahun sesudah meninggalnya Nabi Muhammad, teks-teks, tentang dua macam ajaran yang ia tinggalkan bermunculan. Kumpulan Hadits yang pertama muncul 40 tahun setelah Nabi meninggal, akan tetapi sebelum teks itu muncul, Qur-an sudah dikumpulkan lebih dahulu pada zaman Abu bakar dan Umar. Utsman membuat teks definitif pada waktu ia memerintah; yakni antara tahun 12 dan 24 sesudah Nabi meninggal.

Yang perlu digaris bawahi adalah perbedaan antara kedua macam teks dan segi sastra dan dari segi isi. Sesungguhnya tak mungkin diadakan perbandingan dari segi style Qur-an dan susunan tata Hadits. Dan lagi jika kita mernbandingkan isi daripada dua teks tersebut dengan menghadapkannya kepada hasil-hasil Sains modern, kita akan heran karena perbedaan yang sangat besar. Kita harap kita telah berhasil menunjukkan perbedaan antara:

Di satu pihak, pernyataan Qur-an yang sering kelihatan remeh; tetapi jika diselidiki secara ilmiah dengan hasil-hasil Sains modem akan ternyata bahwa pernyataan-pernyataan itu menunjukkan hal-hal yang kemudian dibenarkan oleh Sains.

Di lain pihak, beberapa pernyataan hadits yang kelihatannya sesuai dengan cara berfikir pada waktu itu; tetapi mengandung pernyataan-pernyataan yang sekarang tidak dapat diterima secara ilmiah. Pernyataan-pemyataan tersebut terselip dalam doktrin dan hukum Islam yang semua orang menganggap autentik dan tak berani mempersoalkannya.
Akhirnya, kita harus mengetahui bahwa sikap Nabi Muhammad terhadap Qur-an sangat berbeda dengan sikap beliau terhadap ucapan-ucapan beliau pribadi. Qur-an tidak merupakan fatwa-fatwa beliau. Qur-an adalah wahyu Ilahi. Nabi menyusun bagian-bagian Qur-an dalam waktu kurang lebih dua puluh tahun dengan sangat hati-hati seperti yang sudah kita lihat. Qur-an merupakan hal yang harus ditulis selama Nabi Muhammad masih hidup. dan harus dihafalkan untuk dijadikan bacaan sholat. Adapun Hadits yang disajikan sebagai hal yang menunjukkan tindakan dan ucapan Nabi, hadits itu diserahkan kepada pengikutnya untuk menjadi contoh dalam tindakan mereka dan untuk ditulis sebagaimana mereka fahami. Ia tidak memberi pengarahan dalam hal ini.

Oleh karena hanya jumlah tertentu daripada hadits dapat dianggap secara pasti sebagai pemikiran Nabi Muhammad, maka kebanyakan hadits hanya menunjukkan hal-hal yang dianggap benar oleh orang-orang pada zaman dahulu, khususnya tentang hal-hal ilmiah yang telah disebutkan dalam ilmu kedokteran. Dengan membandingkan teks hadits dengan teks Qur-an, kita dapat membedakan antara Qur-an dan hadits yang tidak benar dan tidak autentik. Perbandingan ini menjelaskan perbedaan besar antara tulisan-tulisan pada waktu itu yang penuh dengan kekeliruan-kekeliruan ilmiah, dengan Qur-an, wahyu yang sudah dibukukan dan yang bebas dari kesalahan-kesalahan ilmiah.

Ketika penterjemah bertemu dengan pengarang dalam konferensi pemikiran Islam di Aljazair pada bulan September 1978, pengarang berpesan agar paragraf dibawah ini ditambahkan dalam Bab Qur-an, Hadits dan Sains modern. Dalam cetakan keenam, (bahasa Perancis) paragraf tersebut memang telah dimuat.

Kebenaran Hadits dari segi keagamaan sama sekali tidak menjadi persoalan. Tetapi jika Hadits itu membicarakan soal-soal profane (bukan agama), maka tak ada perbedaan antara Nabi Muhammad dan manusia lainnya. Sebuah Hadits meriwayatkan pernyataan Nabi Muhammad sebagai berikut: "Jika aku berikan perintah kepadamu mengenai agama, ikutilah, dan jika aku menyampaikan sesuatu hal yang berasal dari pendapatku sendiri, ingatlah bahwa aku adalah seorang manusia." Al Saraksi dalam bukunya "al Usul" menafsirkan, sebagai berikut: "Jika aku memberi tahu tentang hal agama, kerjakanlah menurut keteranganku dan jika aku memberitahu tentang soal-soal keduniaan, maka sesungguhnya kamu lebih tahu tentang urusan keduniaanmu."