Islamuna El-Jamil
Alyauma akmaltu lakum dinakum

Senin, 19 Maret 2012

Kisah Tsaqifah Bani Sa'idah & Kisah Umar

Imam Ahmad berkata, "Telah berkata kepada kami Ishaq bin Isa At-Tabba' dia berkata, telah berkata kepada kami Malik bin Anas, dia berkata, telah berkata kepadaku Ibnu Syihab dari Ubaidullah bin Abdillah bin `Utbah Ibnu Mas'ud bahwa Ibnu Abbas memberitahukan kepadanya bahwa Abdurrahman bin `Auf kembali kerumahnya, Ibnu Abbas berkata, "Aku ingin memberikan salam kepada Abdurrahman bin Auf, maka dia menjumpaiku sementara aku telah menunggu peristiwa itu terjadi di Mina pada waktu Umar bin Al-Khaththab melaksanakan haji yang terakhir maka Abdurrahman berkata, 'Seseorang pernah mendatangi Umar dan berkata, 'Ada orang yang mengatakan jika Umar wafat maka aku akan membai'at si fulan!' Maka Umar menjawab, 'Selepas shalat Isya "nanti aku akan berbicara di hadapan manusia sambil memperingatkan mereka dari sekelompok orang-orang yang ingin mencari masalah.'

Abdurrahman bin `Auf berkata, 'Wahai Amirul Mukminin jangan lakukan hal itu, sebab pada musim haji ini berkumpul orang-orang bodoh dan orang-orang pasaran yang jumlahnya sangat banyak melebihi jumlah kita, jika anda lakukan hal itu aku takut perkataan anda itu akan membuat mereka salah paham dan tidak dapat memahaminya dengan baik hingga menimbulkan kekacauan. Tetapi tunggulah hingga anda sampai di Madinah, sebab Madinah adalah Darul Hijrah. Engkau dapat berbicara dihadapan para ulama dan orang-orang yang mulia, maka katakanlah apa yang menjadi pendapatmu tadi, pasti mereka bisa memahaminya dan dapat menempatkan perkataanmu pada porsinya.' Umar berkata, 'Jika aku sampai di Madinah dengan selamat pasti akan kusampaikan hal tersebut di hari pertama setelah aku sampai.' 

Ketika kami sampai di Madinah di penghujung bulan Dzul Hijjah, dan bertepatan dengan hari Jum'at, maka aku bersegera pergi ke masjid dalam kondisi - sakkatul a'ma - Kutanyakan kepada Malik, 'Apa maksud dari 'sakkatul ama?' Dia menjawab, 'Maksudnya ia keluar dengan tergesa-gesa dan tidak memperdulikan kapan ia keluar, apakah cuaca panas ataupun dingin dan sebagainya. Maka kudapati Sa'id bin Zaid di sisi mimbar sebelah kanan, telah mendahuluiku, aku segera duduk di sampingnya dan lututku bersentuhan dengan lututnya. Tidak lama kemudian datanglah Umar, ketika aku melihat-nva kukatakan, 'Hari ini ia akan mengeluarkan suatu pernyataan yang tidak pernah pernah diucapkan siapapun sebelumnya.

Maka Sa'id bin Zaid merasa aneh dengan ucapanku,' ia bertanya,  "Apakah gerangan yang akan dikatakannya hingga seorangpun belum pernah mengucapkan sebelumnya?"
Kemudian Umar duduk di atas mimbar, ketika muadzin selesai mengumandangkan adzan Umar berdiri.

Setelah memuji Allah ia mulai berbicara, Amma ba'du;
"Wahai saudara-saudara sekalian, aku akan mengatakan sesuatu perkataan yang telah ditentukan oleh Allah bahwa aku akan mengatakannya. Dan aku tidak tahu, namun merasa ajalku telah dekat, maka barangsiapa yang memahami perkataanku dengan baik sampaikanlah kepada orang-orang yang dapat dijumpainya, dan barangsiapa yang tidak memahami perkataanku maka aku tidak halalkan baginya berdusta atas namaku.

Sesungguhnya Allah telah mengutus Muhammad (Saw) dengan kebenaran, dan menurunkan wahyu kepadanya. Di antara ayat yang diturunkan adalah ayat mengenai rajam, dan kita pernah membacanya dan memahaminya, bahkan Rasulullah (saw) telah melaksanakan hukum rajam dan kita telah menerapkan hukum ini sepeninggal beliau.

Aku takut kelak akan ada yang berani mengatakan, 'Kami tidak pernah mendapati masalah rajam tertulis dalam Kitabullah, hingga akhirnya dia tersesat dengan meninggalkan suatu kewajiban yang Allah turunkan. Maka sesungguhnya hukum rajam itu benar-benar ada dalam kitab Allah terhadap orang yang berzina jika telah menikah baik laki-laki maupun wanita apabila telah jelas bukti-buktinya, atau tanda berupa al-Hablu(1) maupun berdasarkan pengakuan sendiri.

Ingatlah, kita pernah membaca, “janganlah kalian membenci bapak-bapak kalian sesungguhnya kalian dianggap kufur jika membenci bapak-bapak kalian.”

Ingatlah! Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah bersabda, "janganlah kalian menyanjung aku sebagimana Isa bin Maryam disanjung, sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba, karena itu katakanlah, Hamba Allah dan Rasul-Nya".

Sampai kepadaku berita bahwa di antara kalian ada yang mengatakan, "jika Umar telah wafat maka aku akan membai'at si fulan, maka janganlah seseorang terkecoh dan mengatakan, bahwa bai'at Abu Bakar hanyalah kebetulan saja dan kini telah selesai. Ingatlah! Sesungguhnya pengangkatan dirinya benar demikian adanya, namun Allah telah menjaga keburukan terjadi, tidak ada seorangpun di sini di antara kalian yang menyamai kedudukan Abu Bakar yang dipatuhi oleh seluruh manusia, dan sesungguhnya beliau adalah orang yang terbaik di antara kita.

Ketika Rasulullah (saw) wafat, maka Ali, Az-Zubair dan orang-orang yang beserta mereka tidak ikut sebab kala itu mereka berada di rumah Fathimah. Kaum Anshar tidak seluruhnya berkumpul di Saqifah Bani Sa'idah bersama kami. Lalu datanglah kaum Muhajirin kepada Abu Bakar, kukatakan pada-nya,

"Wahai Abu Bakar mari kita berangkat menuju saudara-saudara kita dari golongan Anshar! Maka kami seluruhnya berangkat menuju mereka dan berpapasan dengan dua orang shalih dari kalangan Anshar menceritakan kepada kami apa yang sedang dibicarakan oleh kaum Anshar,

mereka berkata, "Hendak ke manakah kalian wahai kaum Muhajirin?" Aku menjawab, 'Kami mau menemui saudara-saudara kami kaum Anshar!'

Maka keduanya berkata, 'Janganlah kalian mendekati mereka tetapi selesaikanlah urusan kalian sendiri.'

Maka aku menjawab, 'Demi Allah kami akan menemui mereka.'

Maka kami berangkat dan menemui mereka di Tsaqifah Bani Sa'idah, ternyata mereka sedang berkumpul, dan di antara mereka ada seorang yang sedang berselimut. Maka kutanyakan, 'Siapa ini?'

Mereka menjawab, 'Sa'ad bin Ubadah.'

Maka kukatakan, 'Ada apa dengannya?'

Mereka menjawab, 'Dia sedang sakit'.

Tatkala kami duduk maka berdirilah salah seorang pembicara dari mereka, setelah memuji Allah dia berkata,

'Amma ba'du, kami adalah kaum Anshar para penolong Allah dan pionir-pionir Islam, dan kalian wahai kaum Muhajirin adalah dari kalangan Nabi kami, dan sesungguhnya telah muncul tanda-tanda dari kalian bahwa kalian akan turut mendominasi kami di sini, di tempat tinggal kami ini dan akan mengambil alih kekuasaan dari kami.'

Ketika ia diam maka aku ingin berbicara, dan aku sebelumnya telah mempersiapkan redaksi yang kuanggap sangat baik dan menakjubkan aku. Aku ingin mengatakannya di hadapan Abu Bakar, dan aku lebih terkesan sedikit lebih keras darinya, maka aku khawatir dia akan mengalah. Namun dia lebih lembut dariku dan lebih disegani. Abu Bakar mencegahku berbicara dan berkata, 'Tahanlah sebentar!'

Maka aku enggan membuatnya marah, sebab ia lebih berilmu dariku dan lebih disegani, dan demi Allah tidak satupun kalimat yang kupersiapkan dan aku anggap baik kecuali beliau sampaikan dengan ekspresinya yang begitu baik dan lancar bahkan lebih baik dariku, hingga akhirnya ia diam.'

Kemudian ia berkata, 'Amma ba'du, apapun mengenai kebaikan yang telah kalian sebutkan, maka benar adanya dan kalianlah orangnya. Namun orang-orang Arab hanya mengenal kabilah ini yakni Quraisy. Secara nasab merekalah yang paling mulia di antara bangsa-bangsa Arab. Demikian pula tempat tinggal mereka yang paling mulia daripada seluruhnya. Karena itu aku rela jika urusan kekhalifahan ini diserahkan kepada salah seorang dari dua lelaki ini, terserah kalian memilih antara keduanya, kemudian dia menarik tanganku dan tangán Abu Ubaidah bin al-Jarrah, maka aku tidak sedikitpun merasa benci dengan semua perkataannya kecuali satu hal ini, dan demi Allah jika aku maju dan dipenggal kepalaku namun tidak menanggung beban ini lebih kusukai dari pada aku memimpin orang-orang yang terdapat di dalamnya Abu Bakar, kecuali jika diriku kelak berubah sebelum mati.'

Kemudian salah seorang Anshar berkata, 'ana juzailuha al-muhakkak wa-uzaiquha al-murajjab, dari kami seorang pemimpin dan dari kalian pilihlah seorang pemimpin wahai orang-orang Quraisy.

Perawi Ishaq bin Isa bertanya kepada Malik, 'Apa makna ungkapan 'juzailuha al-muhakkak wa uzaiquha al-murajjab' dia menjawab, 'Maksudnya akulah pemimpin yang tertingi'.
Kemudian Umar melanjutkan, 'Maka mulailah orang-orang mengangkat suara dan timbullah keributan, hingga kami mengkhawatirkan terjadinya perselisihan.

Maka aku katakan, 'Berikan tanganmu wahai Abu Bakar, maka ia berikan tangannya dan aku segera membai'atnya, maka seluruh Muhajirin turut membai'at, yang kemudian diikuti oleh kaum Anshar, dan kami tinggalkan Sa’ad bin Ubadah, hingga ada yang berkomentar dari mereka tentangnya; "Kalian telah membinasakan Sa'ad,' maka aku sambut, 'Allah-lah yang telah membinasakan Sa'ad.'

Kemudian Umar melanjutkan pidatonya dan berkata, 'Demi Allah, kami tidak pernah menemui perkara yang paling besar dari perkara bai'at terhadap Abu Bakar. Kami sangat takut jika kami tingalkan mereka tanpa ada yang dibai'at, maka mereka kembali membuat bai'at. Jika seperti itu kondisinya kami harus memilih antara mematuhi bai'at mereka padahal kami tidak merelakannya, atau menentang bai'at yang mereka buat yang pasti akan menimbulkan kehancuran, maka barang siapa membai'at seorang amir tanpa musyawarah terlebih dahulu, bai'atnya dianggap tidak sah. Dan tidak ada bai'at terhadap orang yang mengangkat bai'at terhadapnya, keduanya harus dibunuh'."

Malik berkata, "Telah berkata kepadaku Ibnu Syihab dari Urwah bahwa dua orang yang berpapasan dengan kaum Muhajirin tadi adalah Uwaim bin Sa'idah dan Ma'an bin Adi. Ibnu Syihab berkata, 'Telah berkata kepadaku Sa'id bin Musayyib bahwa yang berkata, 'ana juzailuha almuhakkak wa uzaiquha al-murajjab' adalah al-Hubab bin al-Munzir.(2) Dan hadits ini diriwayatkan oleh sejumlah ulama hadits dalam kitab-kitab mereka(3) dari banyak jalur di antaranya dari Malik dan Iain-lain dari az-Zuhri."

Imam Ahmad berkata, "Telah berkata kepadaku Muawiyah dari Amru dia berkata, telah berkata kepada kami Zaidah, dia berkata, telah berkata kepada kami `Ashim, dan telah berkata kepadaku Husain bin Ali dari Zaidah dari Ashim dari Abdullah yaitu Ibnu  Mas'ud- ia berkata, 'Tatkala Rasulullah saw. wafat, orang-orang Anshar berkata, dari kami ada seorang amir dan dari kalian ada seorang amir pula, maka Umar mendatangi mereka dan berkata,

'Wahai kaum Anshar, bukankah kalian mengetahui bahwa Rasulullah (saw) telah memerintahkan Abu Bakar menjadi Imam manusia? Siapa di antara kalian yang mengakui bahwa hatinya lebih mulia daripada Abu Bakar?' Maka kaum Anshar berkata, 'Na 'udzubillah bila kami mengaku lebih mulia dari Abu Bakar.(4) Imam Nasa'i meriwayatkannya dari Ishaq bin Rahawaih dan Hannad bin as-Suuri dari Husain bin Ali al-Ju'fi dari Zaidah'." (5)

Imam Ali al-Madini meriwayatkan dari Husain bin Ali sambil berkata, "Shahih dan aku tidak mengetahuinya melainkan dari jalan Zaidah dari Ashim, dan Imam Nasa'i juga meriwayatkannya dari jalan Salamah bin Nubaith, dari Nuaim bin Abi Hind, dari Nubaith bin Syarith dari salim bin Ubaid dari Umar dengan makna yang sama.(6)

Diriwayatkan dari Umar bin al-Khaththab semakna dengan riwayat di atas dari jalur lain, dan dari jalur Ibnu Ishaq dari Abdullah bin Abi Bakar dari az-Zuhri dari Ubaidullah bin Abdullah dari Ibnu Abbas dari Umar, dia berkata, Wahai kaum muslimin sesunguhnya yang paling berhak menggantikan Rasulullah saw., adalah sahabatnya yang menyertainya dalam gua. Dialah Abu Bakar yang selalu terdepan dan paling di utamakan. Kemudian segera kutarik tangannya dan ternyata ada seorang Anshar yang lebih dahulu menariknya dan membaiatnya sebelum aku sempat meraih tangannya. Setelah itu baru aku membaiatnya dengan tanganku yang kemudian diikuti oleh orang ramai."(8) Muhammad bin Sa'ad(7) meriwayatkan dari Arim bin al-Fadhl dari Hammad bin Zaid dari Yahya bin Sa'id dari al-Qashim bin Muhammad, kemudian ia mulai menyebutkan kisah yang semakna dengan sebelumnya. Namun dalam riwayat ini disebutkan nama orang Anshar yang pertama kali membai'at Abu Bakar ash-Shiddiq ra. sebelum Umar bin Al-Khaththab. Yaitu Basyir bin Sa'ad, ayah an-Nukman bin Basyir.


*****

Foot Note::

1. hablu yaitu hamil dari hasil zina, dan dalam riwayat Ma'mar berbunyi alhamlu (Fathul Barí 12/148).
2. Al-Musnad 1/323 Tahqiq Ahmad Syakir.
3. Lihat Shahih al-Bukhari, kitab al-Hudud, bab Rajmul Hubia min az-Zina Idza Ahsanat. Dari hadits Ibnu Abbas, dan lihat Fathul Bari 12/144, Shahih Muslim kitab al-Hudud, hadits no. 1691 secara ringkas dan Sunan al-Kubra karya an-Nasa'i, kitab ar-Rajm, bab No. 4 hadits no. 7153 hingga 1760 (4/274-275).
4.
Al-Musnad 1/213 tahqiq Ahmad Syakir dan dia berkata, "Sanadnya shahih."
5. As-Sunan al-Kubra, kitab al-Imarah wa al-Jama'ah, bab no. 1 hadits no. 853 1/279.
6. Ibid, kitab at-Tafsir, bab no.168 hadits no. 1Í219 6/355.

7. Lihat Sirah Ibnu His/am 4/412.
8. Ath-Thabaqatal-Kubra 3/182 namun riwayat ini mursal
.

( Sumber: Bidayah Wan-Nihayah )